September 19, 2012

September 17, 2012

I can't be friends with you anymore and you can't ask why


" Hey, i want you to know something.."

" What? "

" I know this gonna sounds strange..but..I can't be friends with you anymore..and you can't ask why."

" Oh..Ok..but..why?'

" The reason is..errr..Lily hates you.."


#himym 101- implementation in life
-F

September 16, 2012

Before tommorrow


Crowd, city light, night live, bags, shoes, festive, bands, foods, cafe,coffee, sweets, sea, picnic..

Laundy, dishes, cleaning, sleep, tv, blanket, cat, breath, jog, ray of sun, supermarket.

See you tomorrow, Monday.

September 14, 2012

Yang hijau, dan yang lebih hijau


Rumput tetangga selalu lebih hijau. Peribahasa ini ga ada di Singapore berhubung saya dan tetangga ga punya halaman. Sepetak ubin 1.5x3 m biasanya cukup untuk kami sebut halaman belakang, dengan fungsinya yang cukup serbaguna merangkap tempat jemuran sekalian gudang. Yah kalo ga puas mungkin dengan tambahan $500-$700 perbulan, halaman bisa diupgrade jadi balkon yang fungsinya pun ngupgrade jadi tempat nongkrong cantik, dengan ubin yang lebih cantik. Tapi tetep, belum dapet tuh yang namanya rumput tetangga.

Jauh di mata dekat di hati. Walaupun ga bisa ngeliat rumput tetangga, tetep aja konsepnya tercerna di hati. Kemarin ini saya mencoba-coba untuk menonaktifkan diri dari social media. Bukan, bukan karena ga pengen tau urusan orang dan ga pengen orang tau urusan saya. Justru karena saya kadang terlalu pengen tau urusan orang alias super kepo kalo kata anak gaul macam Erik. Kepengen tauan yang berlebihan ini seringnya cuma ninggalin bad aftertaste di hati, terutama di masa-masa lagi banyak maunya, yang notabene terjadi seminggu 3x.

Temen-temen saya lagi banyak yang berhamburan ke luar negeri..
Temen-temen saya lagi banyak yang menikah dan gendong-gendong bayi..
Foto-foto mereka tumpah ruah di news feed saya setiap hari..
Tambah dilihat semakin saya tambah iri..
Semoga teman-teman ga mendukung nikah siri *additional line buat pemanis*

Dannnn....usaha ini cuma bertahan seminggu, kembali ke pribadi dasar yang ingin tau, saya pun icip-icip buka news feed dan terlontar masuk ke lingkaran setan yang sama lagi..

Si Agnes (roomate saya yang edgy itu) suatu hari bilang hal yang terus saya inget sampe sekarang..'Semua orang hidup di kehidupan yang diimpi-impikan orang lain na'..

Bener banget. Disaat gw mimpi-mimpiin bisa jadi student di Eropa, mungkin di luar sana ada yang mimpinya ngejalanin hidup yang gw jalanin sekarang, bisa tinggal dan kerja di Singapore, negara yang katanya nomer satu paling pengen dijadiin tempat tinggal sama orang di Asia.

Laen cerita lagi dengan salah satu temen saya yang lagi Internship di Hamburg, mbak Arsa (Akupun iri padamu mbak Arsaika, tapi tetep i lop yu). Suatu hari kita berwhatsapp membahas soal perbedaan peruntungan antara mbak-mbak cantik di luar sana yang seringnya dimudahkan orang lain karena parasnya dan kita-kita yang terhitung mbak2 berparas standardo ini. Tepat pada saat itu saya habis membaca artikel 'Mereka yang berpenampilan cantik dan menarik umumnya tingkat pendapatannya lebih tinggi'.
Obrol punya obrol, setelah melalui perdebatan yang cukup singkat sampailah kami berdua pada satu kesimpulan, 'Hari gini inner beauty?' *pake nada sarkasme*

Jadi inget, housemate saya yang laen suatu malam bercerita ke saya dan Agnes edgy tentang gimana cewe-cewe di tempat asalnya memegang prinsip 'penampilan nomor satu'. Dimana si mbak-mbak ini melakukan segala cara untuk tampil cantik dan kaya, termasuk diantaranya berusaha sebisa mungkin buat bisa beli tas-tas branded yang mungkin harganya berkali-kali lipat dari gaji yang mereka terima tiap bulannya. KENAPA?
Karena oh karena strategi, dengan berpenampilan seperti itu mereka bisa masuk ke lingkungan highclass dan memperluar kesempatan mendapatkan pasangan hidup yang dari jaman nenek buyutnya udah kaya raya.

Saya dan Agnes yang pada saat itu mungkin sedang overdosis Mr.Potato langsung berpandangan penuh makna dan berteriak 'Ya ampun kenapaaa kita ga mikir gitu dari dulu dulu yaaaaaaa..' sambil kemudian menyalahkan ibu-ibu kami yang ga sesigap ibunya manohara dalam mempersiapkan dan  mempromosikan anaknya.. Ya mungkin ga se ekstrim itu juga si, kita berdua juga ga siap kalo harus tinggal di Kelantan dan jadi bahan gosip publik sampe 3 tahun ke depan. Apalagi kalo sampe jadi nama kedai bakso.

Ngebahas rasa iri itu ga ada habis-habisnya geng, Udah bawaan gen manusia. Sekarang gimana cara kita menyikapinya aja. Bisa terpuruk lalu jongkok di pinggir kamar sambil nyalahin nasib. Ato di sisi laen bisa dijadiin motivasi buat lebih maju, yang saya rasa sih ini alasan sebenernya Tuhan masukin gen iri waktu bikin manusia dulu.

Jadi, kalo laen kali ngeliat foto-foto teman-teman  di FB yang tampak super sumringah dan bikin iri, kita punya dua pilihan. Pertama, ngiri-sengiri-ngirinya sambil terus ngestalking wallnya dan berusaha mencari kekurangan nya dimana (*yang kadang2 saya lakukan ketika khilaf...'Maafin baimm ya Alloh') ATAU..

Nikmati hidup kita apa adanya, bukan ada apanya.



F for :)

PS.Buat penambah citarasa, mungkin bisa juga panggil bantuan instagram dan kamera canggih anda untuk bikin posting foto sumringah balasan yang pastinya bikin iri seseorang kaya saya di luar sana..


2016

Heart wants what the heart wants. And it's you.